BAB I
PENDAHULUAN
1.1
PENGKODEAN
DATA
Dasar persinyalan analog adalah sinyal
frekuensi konstan konstinu yang disebut sebagai pembawa sinyal. Frekuensi dan
sinyal memabwa dipilih agar sesuai denagn media transmisi yang sedang
digunakan. Data ditransmisikan dengan menggunakan sinyal pembawa melalui
modulasi. Modulasi adalah proses pengkodean data sumber menjadi sinyal pembawa
dengan frekuensi f semua teknik
melbatkan operasi pada satu atau lebih tri-parameter frekuancy-domain yang
mendasar yaitu amplitudo dan frekuensi dan fase.
Dalam menyalurkan data baik antara
komputer yang sama pembuatannya maupun denga komputer yang lain penmuatannya,
data tersebut harus dimengerti oleh pihak pengirim maupun penerima. Untuk
mencapai hal itu, data harus diubah bentuknya dalam bentuk khusus yaitu sandi
untuk komunikasi data. Coding merupakan penggambaran dari satu set simbol
menjadi set simbol yang lain.
Sintem sandi yang umum dipakai:
- ASCLL (american standard code for information interchange)
Þ
Paling banyak
digunakan
Þ
Yang merupakan
sandi 7 bit
Þ
Terdapat 128
macam simbol yang dapat diberi sandi ini
Þ
Untuk transmisi
asinkron terdiri dari 10 atau 11 bit yaitu : 1 bit awal, 7 bit data, 1 bit
paritas 1 atau 2 bit akhir.
- Sandi boudot code (CCITT Alfabet No. 2/Telex cade)
Þ
Terdiri dari 5
bit
Þ
Terdapat 32
macam sombol
Þ
Digunakan 2
sandi khusus sehingga semua abjad dan angka dapat diberi sandi yaitu: - LETTERS (11111)
- FIGURES (11011)
Þ
Tiap karakter
terdiri dari : 1 bit awal, 5 bit data dan 1,42 bit akhir
- Sandi 4 atau 8
Þ
Sandi dari IBM
dengan kombinasi yang diperolehkan adalah 4 buah “1”dan 4 buah “0"
Þ
Terdapat 70
karakter yang dapat diberi sandi
Þ
Transmisi
asinkron membutuhkan bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit data dan 1 bit akhir.
- BCD (Binary code desimal)
Þ
Sadi 6 bit
Þ
Terdapat 64
kombinasi sandi
Þ
Transmisi
asinkron membutukan 9 bit yaitu: 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas, dan 1
bit akhir
- EBCDIC (Extendet binary code desimal intercange code)
Þ
Sandi 8 bit
untuk 256 karakter
Þ
Transmisi
asinkron membutuhkan 11 bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1
bit akhir
1.1.1 Pengelompokan karakter
Pada informasi data informasi yang dipertukaran
terdiri dari 2 grup (baik ASCII maupun EBDIC), yaitu:
- Karakter data
- Karakter kendali, digunakan untuk mengendalikan transmisi data, bentuk (format data), hubungan naluri data dan fungsi fisik terminal.
Karakter Kendali dibedakan atas :
a. Transmisi Control
Mengendalikan data pada saluran, terdiri atas :
§ SOH : Start Of Header
Digunakan sebagai karakter pertama yang menunjukkan bahwa karakteer
berikutnya adalah header
§ STX : Start of Text
Digunakan untuk mengakhiri header dan menunjukkan awal dari informasi /
text
§ ETX : End of Text
Digunakan untuk mengakhiri text
§ EOT : End Of Transmision
Untuk menyatakan bahwa transmisi dari text baik satu atau lebih telah berakhir
§ ENQ : Enquiry
Untuk meminta agar remote station tanggapan
§ ACK : Acknowledge
Untuk memberikan tanggapan positif ke pengirim dari penerima
§ NAK : Negatif Akcnowkedge
Merupakan tanggapan negatif dari penerima ke pengirim
§ SYN : Synchronous
Digunakan untuk transmisi sinkron dalam menjaga atau
memperoleh sinkronisasi antar peralatan terminal
§ ETB : End of Transmision
Block
Digunakan untuk menyatakan akhir dari blok data yang ditransmisikan, bila
data dipecah menjadi beberapa blok
§ DLE : Data Link Escape
Mengubah arti karakter berikutnya, digunakan untuk lebih mengendalikan
transmisi data.
Catatan : Header dapat berisi informasi tentang terminal, misalnya
alamat, prioritas, tanggal. Tidak semua sistem menggunakan ETX sehingga dalam
text harus ada informasi yang digunakan untuk merangkai berita.
b. Format
Effectors
Digunakan untuk mengendalikan tata letak fisik informasi
pada printout / tampilan layar
§ BS
(Back Space), menyebabkan kursor / print head mundur satu posisi.
§ HT
(Horizontal Tabulation), maju ke posisi yang telah ditentukan
§ LF
(Line Feed), maju satu baris / spasi
§ VT
(Vertical Tabulation, maju beberapa baris / spasi
§ FF
(Form Feed), maju 1 halaman (halaman baru)
§ CR
(Carriage Return), print head / kursor menuju ke awal baris
c. Device
Control
Digunakan
untuk mengendalikan peralatan tambahan dari terminal
d. Information
Separators
Digunakan untuk mengelompokkan data secara logis. Umumnya
ditentukan :
§ US
(Unit Separators), tiap unit informasi dipisahkan oleh US
§ RS
(Record Separator), tiap record terdiri atas beberapa unit dan dipisahkan oleh
RS
§ GS
(Group Separator), beberapa record membentuk suatu grup dan dipisahkan oleh GS
§ FS
(File Separator),beberapa grup membentuk sebuah fike yang dipisahkan oleh FS
Komunikasi data menggunakan sinyal digital. Kelemahan : jarak tempuh pendek akibat
pengaruh redaman/derau yang terjadi pada media transmisi. Pengiriman sinyal
analog : jarak tempuh jauh.
Masalah : bagaimana menggunakan tehnik sinyal analog
untuk pengiriman sinyal digital.
Sinyal digital mengenal dua keadaan (biner), maka
digunakan tehnik modulasi. Dengan tehnik
modulasi sinyal digital dapat diubah menjadi sinyal analog untuk dikirimkan dan setelah
diterima diubah kembali menjadi sinyal
digital.
Demodulasi : tehnik mengubah digital menjadi analog. Gelombang
pembawa sinyal ini
disebut carrier dan berbentuk sinusoidal.
Gambar dibawah menunjukkan
teknik encoding dan modulation.
Gambar a: untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t)
dapat berupa digital atau
analog, yang di-encode menjadi suatu sinyal digital
x(t).
Gambar b: untuk
pensinyalan analog, input sinyal m(t) dapat berupa analog atau digital dan
disebut sinyal pemodulasi atau sinyal baseband, yang dimodulasi menjadi
sinyal termodulasi s(t). Dasarnya adalah modulasi sinyal carrier yang dipilih
sesuai dengan medium transmisinya.
Gambar. Teknik Pengkodean Data dan Modulasi
Modulasi adalah proses encoding sumber data dalam suatu sinyal carrier dengan frekuensi
fc.
Empat kombinasi yang muncul dari komunikasi pada gambar tersebut:
ü Data Digital, Sinyal Digital : umumnya, peralatan
untuk merubah kode data digital menjadi sebuah sinyal digital tidak terlalu
kompleks dan tidak terlalu mahal dibandingkan peralatan modulasi digital ke
analog.
ü Data Analog, Sinyal Digital : perubahan data analog ke
bentuk digital memungkinkan penggunaan peralatan transmisi digital dan
peralatan switching modern.
ü Data Digital, Sinyal Analog : beberapa media
transmisi, seperti serat optik dan media unguided, hanya akan menyebarkan
sinyal-sinyal analog.
ü Data Analog, Sinyal Analog : data analog dapat
ditransmisikan sebagai sinyal baseband dengan mudah dan murah. Hal ini
dilakukan dengan transmisi suara melalui jalur derajat suara. Satu penggunaan
modulasi yang umum dilakukan adalah dengan mengalihkan bandwidth sinyal
baseband kebagian lain dari spektrum. Dengan sinyal ini, sinyal multipel,
dimana masing-maing berada pada posisi yang berlainan pada spektrum, dapat
membadi media transmisi yang sama. Hal ini disebut sebagai Frequency Division
Multiplexing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA DIGITAL, SINYAL DIGITAL
Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary
ditransmisikan dengan meng-encode -kan tiap bit data menjadi elemen-elemen
sinyal.
Sinyal unipolar adalah
semua elemen sinyal yang mempunyai tanda yang sama, yaitu positif semua atau
negatif semua.
Sinyal polar adalah
elemen-elemen sinyal dimana salah satu logic statenya diwakili oleh level
tegangan positif dan yang lainnya oleh level tegangan negatif.
Durasi atau lebar suatu bit adalah waktu yang diperlukan oleh
transmitter untuk memancarkan bit tersebut.
Modulation rate adalah kecepatan dimana level sinyal berubah,
dinyatakan dalam bauds atau elemen sinyal per detik.
Istilah Mark menyatakan
digit binary '1'
Space menyatakan digit binary '0'
Kecepatan
modulasi :
kecepatan
perubahan level sinyal dalam satuan baud (besaran eleman sinyal perdetik)
Tugas-tugas
Receiver dalam mengartikan sinyal-sinyal digital :
¨ Receiver harus mengetahui timing dari tiap bit
¨ Receiver harus menentukan apakah level sinyal dalam
posisi bit high(1) atau low(0)
Tugas-tugas ini dilaksana kan dengan men-sampling tiap
posisi bit pada tengah-tengah interval dan membandingkan nilainya dengan
threshold.
Faktor yang menentukan sukses dari receiver (penerima) dalam mengartikan sinyal yang datang :
¨ Data rate (kecepatan data) : peningkatan data rate akan meningkatkan bit error rate
(kecepatan error dari bit).
¨ Ratio signal to
noise S/N : peningkatan S/N akan menurunkan bit error rate.
¨
Bandwidth : peningkatan bandwidth dapat meningkatkan data rate.
Hubungan ketiga
faktor tersebut adalah :
1.
Kecepatan data bertambah, maka kecepatan errorpun
bertambah, sehingga memungkinkan bit yang diterima error.
2.
Kenaikan S/N mengakibatkan kecepatan error berkurang
3.
Lebar bandwidth membesar yang diperbolehkan, kecepatan
data akan bertambah
Faktor-faktor
yang mempengaruhi coding
Lima faktor yang perlu dinilai atau dibandingkan dari
berbagai teknik komunikasi :
- Spektrum sinyal : disain sinyal yang bagus harus mengkonsentrasikan kekuatan transmisinya pada daerah tengah dari bandwidth transmisi; untuk mengatasi distorsi dalam penerimaan sinyal digunakan disain kode yang sesuai dengan bentuk dari spektrum sinyal transmisi.
- Clocking : menentukan awal dan akhir dari tiap posisi bit dengan mekanisme synchronisasi yang berdasarkan pada sinyal transmisi.
- Deteksi error : dibentuk dalam skema fisik encoding sinyal.
- Interferensi sinyal dan Kekebalan terhadap noise
- Biaya dan kesulitan : semakin tinggi kecepatan pensinyalan untuk memenuhi data rate yang ada, semakin besar biayanya.
Teknik Data Digital, Sinyal Digital terbagi atas :
- Non-Return to Zero / NRZ
- Multilevel Binary
- Biphase
- Modulation Rate
- Teknik Scrambling
Gambar. Format encoding sinyal digital.
Keterangan:
2.1.1
Nonreturn To Zero (Nrz)
Nonreturn-to-Zero-Level
(NRZ-L)
yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu binary
dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya.
Nonreturn to Zero Inverted (NRZI)
yaitu suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal
suatu bit time akan dikenal sebagai binary '1' untuk bit time tersebut; tidak
ada transisi berarti binary '0'. Sehingga NRZI merupakan salah satu contoh dari
differensial encoding.
Keuntungan differensial
encoding : lebih kebal noise, tidak dipengaruhi
oleh level tegangan.
Kelemahan dari NRZ-L maupun
NRZI : keterbatasan dalam komponen dc Dan kemampuan synchronisasi yang buruk.
2.1.2
Multilevel Binary
Kode ini menggunakan lebih
dari 2 level sinyal (contohnya : pada gambar tersebut, bipolar-AMI dan pseudoternary).
Bipolar-AMI yaitu suatu kode
dimana binary '0' diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan binary '1'
diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.
Pseudoternary yaitu suatu kode dimana
binary '1' diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan binary '0' oleh pergantian
pulsa-pulsa positif dan negatif.
Keunggulan multilevel binary
terhadap NRZ : kemampuan synchronisasi yang baik, tidak menangkap komponen dc
dan pemakaian bandwidth yang lebih kecil, dapat menampung bit informasi yang
lebih.
Kekurangannya dibanding NRZ
: diperlukan receiver yang mampu membedakan 3 level (+A, -A, 0) sehingga
membutuhkan lebih dari 3 db kekuatan sinyal dibandingkan NRZ untuk probabilitas
bit error yang sama.
2.1.3
Biphase
Dua tekniknya yaitu : manchester
dan differential manchester.
Manchester yaitu suatu
kode dimana ada suatu transisi pada setengah dari periode. tiap bit : transisi
low ke high mewakili '1' dan high ke low mewakili '0'.
Differential
manchester yaitu suatu kode dimana binary '0' diwakili oleh
Adanya transisi di awal periode suatu bit dan binary
'1' diwakili oleh ketiadaan transisi di awal periode suatu bit.
Keuntungan
rancangan biphase :
§ Synchronisasi : karena adanya transisi selama tiap bit
time, receiver dapat men-synchron-kan pada transis tersebut atau dikenal sebagai
self clocking codes.
§ Tidak ada komponen dc.
§ Deteksi terhadap error : ketiadaan dari transisi yang
diharapkan, dapat dipakai untuk mendeteksi error.
Kekurangannya
:
§ Memakai bandwidth yang lebih lebar dari pada
multilevel binary.
2.1.4
Modulation Rate (Kecepatan
Modulasi)
Data rate = 1
durasi bit (tB)
Modulation rate adalah kecepatan dimana elemen-elemen sinyal terbentuk.
Contoh : untuk kode manchester, maksimum modulation
rate = 2 / tB.
Salah satu cara menyatakan modulation rate yaitu
dengan menentukan rata-rata jumlah transisi yang terjadi per bit time.
2.1.5
Teknik Scrambling
Teknik biphase memerlukan
kecepatan pensinyalan yang tinggi relatif terhadap data rate sehingga lebih
mahal pada aplikasi jarak jauh sehingga digunakan teknik scrambling dimana
serangkaian level tegangan yang tetap pada line digantikan dengan serangkaian
pengisi yang akan melengkapi transisi yang cukup untuk clock receiver
mempertahankan synchronisasi.
Hasil dari disain ini :
ü Tidak ada komponen dc
ü Tidak ada serangkaian sinyal level nol yang panjang
ü Tidak terjadi reduksi pada data rate
ü Kemampuan deteksi error.
2.1.5.1
Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS )
yaitu suatu kode dimana :
§ Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan
terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf
tersebut diencode sebagai 000+-0- +
§ Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan
terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf
tersebut diencode sebagai 000-+0+ -
2.1.5.2
High-density bipolar-3 zeros (HDB3 )
Yaitu
suatu kode dimana menggantikan string-string dari 4 nol dengan rangkaian yang
mengandung satu atau dua pulsa atau disebut kode violation, jika violation
terakhir positive maka violation ini pasti negative dan sebaliknya (lihat tabel
3.3).
Tabel 3.3. Aturan subsitusi HDB3
Kedua kode ini berdasarkan pada penggunaan AMI
encoding dan cocok untuk transmisi dengan data rate tinggi.
2.2 DATA DIGITAL, SINYAL ANALOG
Transmisi data digital
dengan menggunakan sinyal analog. Contoh umum yaitu public telephone network.
Device yang dipakai yaitu modem (modulator-demodulator) yang mengubah
data digital ke sinyal analog (modulator) dan sebaliknya mengubah sinyal analog
menjadi data digital (demodulator).
2.2.1 Teknik-Teknik Encoding
Tiga teknik dasar encoding atau modulasi untuk
mengubah data digital menjadi sinyal
analog :
2.2.1.1
Amplitude
-shift keying (ASK)
ü Dua binary digambarkan oleh 2
perbedaan amplitudo frekuensi
carrier (pembawa).
ü Dapat
menerima perubahan perbesaran secara tiba-tiba dan teknik modulasinya kurang
efisien
ü Dalam
jalur voice grade adalah digunakan hanya untuk diatas 1200 bps
ü Data
= 1, level high
s(t) = A Cos (2p fc
t + 0c ) binary 1 sinyal carrier
ü Data = 0, level low
s(t) = 0 binary 0
Data rate hanya sampai 1200 bps pada voice-grade line;
dipakai untuk transmisi melalui fiber optik.
2.2.1.2 Frequency-shift keying (FSK)
ü Harga 2
binary digambarkan oleh 2 perbedaan frequency mendekati frequency pembawa
ü Sangat mudah
membuat kesalahan dibanding ASK
ü Dalam jalur voice grade adalah digunakan hanya
sampai dengan 1200 bps
ü Dipakai
untuk frequency tinggi pada jaringan locak dengan kabel coaxial
ü Data = 1, frequency f1
ü s(t) = A cos (2pf1t) + qc
ü Data = 0, frequency f2
ü s(t) = A cos (2pf2t) + qc
Dua binary diwakilkan dengan 2 frekuensi berbeda yang dekat dengan frekuensi
carrier atau dinyatakan sebagai :
S(t) = A Cos (2 f1 t + qc) binary 1
A Cos (2 f2 t + qc) binary 0
Lihat gambar Dibawah ini,
dimana terdapat dua frekuensi center untuk komunikasi fullduplex; pada salah
satu arah (dapat transmisi atau menerima) , frekuensi centernya (f1) = 1170 Hz
dengan lebar 100 Hz pada setiap sisinya (bandwidth = 200 Hz) sedangkan arah
lainya, frekuensi centernya (f2) = 2125 Hz dengan lebar 100 Hz pada setiap
sisinya (bandwidth 200 Hz); sulit untuk terkena noise dibandingka n ASK; Data
rate dapat mencapai 1200 bps pada voice-grade line; dipakai untuk transmisi radio
frekuensi tinggi dan juga local network dengan frekuensi tinggi yang memakai
kabel koaksial.
Gambar. Transmisi FSK full-duplex pada line
voice-grade
2.2.1.2
Phase-shift
keying (PSK)
ü Harga 2 binary digambarkan oleh 2 perbedaan phase
dari frequency pembawa yang digeser untuk menggambarkan data
ü Data = 1, phase = 1800
ü s(t) = A cos (2pfct) + qc
ü Data = 0, phase = 00
ü s(t) = A cos (2pf0t)
Binary 0 diwakilkan dengan
mengirim suatu sinyal dengan fase yang sama terhadap sinyal yang dikirim
sebelumnya dan binary 1 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fase
berlawanan terhadap sinyal yang dikirim sebelumnya, atau dapat dinyatakan
sebagai :
2.2.1.4
QPSK =
Quardrature Phase Shift Keying
ü Metode yang
lebih komplek dalam sistem pengiriman
ü Memakai
pergeseran phase perkalian 900
ü Tiap urutan 2 bit dinyatakan dengan phase yang
berbeda
ü Tujuannya
agar pengiriman data lebih cepat dan penggunaan bandwidth medianya lebih
efisien
ü Data 11,
s(t) = A cos (2pfct) +
450
ü Data 10,
s(t) = A cos (2pfct) + 1350
ü Data 00,
s(t) = A cos (2pfct) + 2250
ü Data 01,
s(t) = A cos (2pfct) + 3150
Bila elemen pensinyalan mewakili
lebih dari satu bit, maka bandwidth yang dipakai lebih efisien, sebagai contoh quadrature
phase-shift keying (QPSK) memakai beda fase setiap 90 derajat .
Sehingga tiap elemen sinyal
mewakili 2 bit; jadi terdapat 12 sudut fase yang memakai modem standard 9600
bps.
Hubungan data rate (dalam bps) dan modulation rate
(dalam bauds) :
D = R/l = R/ log2L
dimana :
D = modulation rate, bauds
R = data rate, bps
L = jumlah elemen sinyal yang berbeda
l = jumlah bit per elemen sinyal.
2.2.2
Kinerja
- Bandwidth untuk ASK dan PSK : BT = (1 + r) R
Dimana:
R = bit rate
r = berhubungan
dengan teknik dimana sinyal difilter untuk mencapai suatu bandwidth bagi transimisi (0 < r <
1).
- Bandwidth untuk FSK : BT = 2 F + (1 + r) R
Dimana :
F = f2 - fc= fc - f1= beda frekuens i modulasi dari frekuensi carrier.
Dengan pensinyalan
multilevel, bandwidth yang dapat dicapai :
BT= (1 + r) R/l = (1 + r) R/ log2L
Diketahui bahwa : Eb/No = S
/ NoR
dimana : No = noise power
density (watts/Hz).
Bila noise dalam suatu
sinyal dengan bandwidth BT adalah N = No BT
maka : Eb/No =(S/N) (B/R)
Bit error dapat dikurangi dengan meningkatkan Eb/No atau dengan kata lain, yaitu
dengan mengurangi efisiensi bandwidth.
- ASK DAN FSK mempunyai efisiensi bandwidth yang sama, PSK lebih baik lagi.
Pendekatan yang baik dari
bandwidth untuk pensinyalan digital :
BT= 0,5 (1 + r) D
dimana :
D = modulation rate. Untuk NRZ, D = R maka :
R/B = 2 / (1 + r)
Efisiensi Bandwidth
Eb/No = S/NoR
Hubungan
antara noise dengan bandwidth signal BT adalah N = No . BT
Maka
:
Eb/No
= (S. BT) / NR
Jadi
kecepatan bit error dapat dikurangi dengan kenaikan Eb/No dengan dilakukan oleh
kenaikan bandwidth / penurunan kecepatan data dengan menurunkan effisiensi bit.
Pendekatan
untuk mendapatkan bandwidth yang lebih baik adalah :
BT
= 0,5 ( 1 + r ) D
Untuk
NRZ, D= R, maka :
R/B
= 2 / (1 + r)
2.3 DATA ANALOG,
SINYAL DIGITAL
Digitalisasi adalah :
©
Proses transmisi data analog ke dalam
sinyal-sinyal data
©
Konversi data analog ke dalam sinyal digital
Tiga hal yang paling umum terjadi setelah proses
digitalisasi :
© Data digital dapat ditransmisi menggunakan NRZ-L.
© Data digital dapat di-encode sebagai sinyal digital
memakai kode selain NRZ-L. dengan demikian, diperlukan step tambahan.
© Data digital dapat diubah menjadi sinyal analog,
menggunakan salah satu teknik modulasi dalam section 3.2.
Contoh :
Data suara yang berupa data analog akan
di-digitalisasi dan dikonversikan ke dalam sinyal analog ASK, maka peralatan
yang dipakai untuk konversi data analog ke dalam bentuk digital dalam transmisi
dan memperoleh kembali barisan data analog digital diketahui sebagai CODEC
(Coder – Decoder).
Codec (coder-decoder) adalah device yang digunakan untuk
mengubah data analog menjadi bentuk digital untuk transmisi, dan kemudian
mendapatkan kembali data analog asal dari data digital tersebut.
Dua teknik yang digunakan dalam codec :
© Pulse Code Modulation
© Delta Code Modulation.
2.3.1 Modulasi kode pulsa (Pulse Code
Modulation)
Dari teori sampling
diketahui bahwa frekuensi sampling (fS) harus lebih besar atau
sama dengan dua kali frekuensi tertinggi dari sinyal
(fH), atau :
fS >= 2 fH
Sinyal asal dianggap
mempunyai bandwidth B maka kecepatan pengambilan sampel yaitu 2B atau 1/2B
detik. Sampel-sampel ini diwakilkan sebagai pulsa-pulsa pendek yang amplituda
nya proporsional terhadap nilai dari sinyal asal. Proses ini dikenal sebagai pulse
amplitude modulation (PAM).
Kemudian amplitudo tiap
pulsa PAM dihampiri dengan n-bit integer. Dalam contoh ini, n=3. Dengan
demikian 8 = 23 level yang mungkin untuk pendekatan pulsa-pulsa PAM.
Sehingga dihasilkan data PCM.
Sedangkan pada receiver,
prosesnya merupakan kebalikan dari proses diatas untuk
memperoleh data analog.
Masalah yang timbul yaitu
nilai amplitudo terendah relatif lebih terkena noise karena level quantization
tidak sama jaraknya.
Solusinya :
§ Teknik PCM diperhalus dengan teknik nonlinear
encoding, dimana teknik ini menggunakan jumlah step quatization yang lebih
banyak untuk sinyal dengan amplitudo kecil, dan jumlah step quatization yang
lebih sedikit untuk sinyal dengan amplitudo besar.
§ Companding (compressing (peng-kompres-an)- expanding (pemekaran) adalah suatu
proses yang memampatkan intensitas range suatu sinyal dengan memberi gain yang
lebih kepada sinyal yang lemah daripada kepada sinyal yang kuat pada input.
Pada output, dilakukan operasi sebaliknya.
Gambar. Teknik PCM
2.3.2 Delta Modulation (Dm)
Proses dimana suatu input
analog didekati dengan suatu fungsi tangga yang bergerak naik atau turun dengan
satu level quantization (δ ) pada tiap interval sampling (TS), dan
outputnya diwakilkan sebagai suatu bit binary tunggal untuk tiap sampel ('1'
dihasilkan bila fungsi tangganya naik selama interval berikutnya; '0'
dihasilkan untuk keadaan sebaliknya).
Gambar 3.16 menggambarkan pr
oses logic-nya. Pada transmisi : pada tiap waktu sampling, input analog
dibandingkan dengan nilai pendekatan pada fungsi tangga. Jika nilai gelombang
yang disampel melewati fungsi tangga tersebut, dihasilkan binary '1'; jika
sebaliknya maka dihasilkan binary '0'. Untuk penerimaan : membentuk kembali
fungsi tangga tersebut secara halus dengan proses integrasi atau melewatkannya
melalui LPF (low pass filter) untuk menghasilkan suatu pendekatan analog dari
sinyal input analog. Untuk akurasi yang baik, dengan meningkatkan kecepatan
sampling. Bagaimanapun, hal ini meningkatkan data rate dari sinyal output.
Keuntungan DM terhadap PCM
yaitu implementasinya yang sederhana.
Kekurangannya : PCM
mempunyai karakteristik S/N yang lebih baik pada data rate
yang sama.
Gambar 3.9 Delta Modulation
2.3.3 Kinerja
Reproduksi suara yang baik
melalui PCM dapat dicapai dengan 128 level quatization atau peng-kode-an 7 bit
(27 = 128).
Suatu sinyal suara menempati bandwidth 4 KHz. Berdasarkan teori sampling maka
kecepatan sampling = 8000 sampel per detik. Hal ini menghasilkan data rate 8000
x 7 = 56 Kbps untuk pengkode-an data digital dengan PCM.
Alasan perkembangan teknik digital dalam transmisi
data analog :
© Karena penggunaan repeater daripada amplifier, maka
tidak ada noise tambahan
© Dengan TDM (dipakai untuk sinyal digital), tidak ada intermodulation
noise
© Konversi ke sinyal digital, memberikan efisiensi yang
lebih pada teknik switching digital.
Penggunaan teknik PCM lebih
disukai daripada teknik DM pada digitalisasi sinyal analog yang mewakili data
digital.
2.4 DATA ANALOG, SINYAL ANALOG
Modulasi adalah :Proses kombinasi sinyal
masukan m(t) dan sinyal pembawa (carrier) pada frequency fc untuk
menghasilkan sinyal s(t) yang mempunyai bandwidth yang biasanya berpusat pada fc.
Dua alasan dasar dari proses ini :
§ Diperlukan frekuensi yang tinggi untuk transmisi yang
efektif; untuk transmisi unguided (tidak dituntun), hal tersebut tidak mungkin
untuk men-transmisi sinyalsinyal baseband
§ Antena-antena yang diperlukan akan menjadi beberapa
kilometer diameternya modulasi mendukung frequency-division multiplexing.
Teknik modulasi memakai data analog :
ü Amplitude modulation (AM).
ü Frequency modulation (FM).
ü Phase modulation (PM).
2.4.1 Amplitudo Modulation
Modulasi ini menggunakan amplitudo sinyal
analog untuk membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana frequency dan
phasenya tetap, amplitudo yang berubah.
Dengan cara ini,
maka keadaan ‘1’ (high) diwakili dengan tegangan yang lebih besar dari ‘0’
(low), misalkan ‘1’ = 5 V dan ‘0’ = 0 V.
AM adalah modulasi yang paling mudah,
tetapi mudah juga dipengaruhi oleh keadaan media transmisinya.
Variant AM yang populer untuk diketahui
adalah SSB (Single Side Band),
keuntungannya adalah pengirim hanya memerlukan 1 side band dan membersihkan
side band lainnya, dan sinya pembawa. Dan DSBTC
(Double Sideband Transmitter Carrier) dimana menyaring frekuensi carrier
dan mengirimkan kedua sideband.
Dikenal sebagai double
sideband transmitter carrier (DSBTC). Secara matematik proses ini dinyatakan
sebagai :
s(t) = [1 + nax(t)] cos2π fct
dimana :
cos2π fct = carrier
x(t) = sinyal input (pembawa data)
na = indeks modulasi = ration amplitudo dari
sinyal input terhadap carrier.
Gambar 3.10 menunjukkan spektrum
sinyal AM yang terdiri dari sinyal carrier ditambah spektrum dari sinyal input
sehingga terdapat lower sideband (f > fc) dan upper sideband (f < fc).
Jenis AM :
3
Yang
populer yaitu single sideband (SSB) dimana pengiriman hanya satu sideband
dan menghapus sideband lain dan carriernya.
Keuntungan :
- Hanya separuh dari bandwidth yang dibutuhkan
- Diperlukan power yang lebih kecil sebab tidak ada power yang dipakai untuk men-transmisi carrier pada sideband yang lain.
v Double sideband suppressed carrier (DSBSC) dimana menyaring
frekuensi carrier dan
mengirimkan kedua sideband.
Keuntungan : menghemat power tetapi memakai bandwidth
yang besarnya sama dengan DSBTC.
Gambar. Spektrum dari sebuah sinyal AM
Kerugian dari kedua -duanya : menahan carrier, padahal
carrier dapat dipakai Untuk tujuan synchronisasi.
Solusi : dengan vestigial sideband (VSB) dimana
memakai satu sideband dan mengurangi power carrier.
2.4.2 Frequency Modulation (FM)
Modulasi ini menggunakan sinyal analog
untuk membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana amplitudo dan phasenya
tetap, frequency yang berubah. Kecepatan transmisi mencapai 1200 bit persekon.
Untuk transmisi data sistem yang umum dipakai FSK
Yang termasuk jenis ini yaitu Frequency Modulation
(FM) dan Phase Modulation (PM).
Modulasi sinyalnya dinyatakan sebagai :
s(t) = Ac cos[2π fct + φ (t)]
Untuk PM, phasenya adalah
proporsional terhadap sinyal modulasi :
φ (t) = np m(t)
dimana : np = indeks PM.
Untuk FM, derifatif phasenya
adalah proporsional terhadap sinyal modulasi :
φ (t) = nf m(t)
dimana : nf = indeks FM.
Perbedaannya dengan AM yaitu
diperlukan bandwidth yang lebih besar untuk transmisi. Dengan aturan Carson :
BT = 2 ( β+ 1) β
dimana :
ΔF = peak deviasi = [1/ (2π )] ( nf Am ) Hz
Untuk FM, formula ini dapat dinyatakan sebagai : BT = 2 ΔF +
2B
sedangkan untuk AM : BT = 2B.
Jadi terjadi perbedaan harga bandwidth sebesar 2Δ F.
2.4.3 Phase modulation (PM)
Modulasi ini menggunakan perbedaan sudut
phase sinyal analog untuk membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana
frequency dan amplitudo tetap, phase yang berubah. Cara ini paling baik, tapi
paling sukar, biasanya dipergunakan untuk pengiriman data dalam jumlah besar
yang banyak dan kecepatan yang tinggi. Bentuk PM yang paling sederhana adalah
pergeseran sudut phassa 180 derajat setiap penyaluran bit “0” dan tidak ada
pergeseran sudut bila bit “1” disalurkan.
BAB III
MODULASI DAN DEMODULASI
3.1 MODEM (Modulasi dan Demodulasi)
Dalam
komunikasi data diperlukan alat untuk mengubah sinyal digital dengan proses
modulasi dan menerima data yang dikirimkan pada komputer untuk diolah. Alat ini
disebut dengan modulator-demodulator (modem).
Modem
menerima pulsa biner dari komputer, terminal atau alat lain dan mengubahnya
menjadi sinyal analog yang dapat disalurkan melalui saluran komunikasi.
Modulasi yang paling sederhana yang sering
digunakan adalah FSK (Frequency Shift
Keying) yang tergolong dalam FM. Tehnik lainnya adalah PSK (Phasa
Shift Keying) yang tergolong dalam FM dan QAM (Quadrature Amolitude Modulation) yang merupakan kombinasi dari
phasa modulation dan amplitude
modulation. Saluran komunikasi diukur dengan kecepatan data yang
disalurkan melaluinya. Untuk kecepatan 9600 bps keatas digunakan cara khusus.
Karena komunikasi data sistem komputer
pada umumnya mempergunakan jaringan telepon maka sering kali modem dilengkapi dengan fasilitas
seperti auto dial (sistem komputer dapat langsung memutar nomor telepon
tujuannya dan modem akan langsung
bekerja bila hubungan telepon diperoleh) dan auto answer (modem dapat
menghubungkan diri dengan sistem komputer tanpa pertolongan operator
bila ada panggilan). Modem yang
dioperasikan pada saluran telepon disebut voice band atau voice grade modem.
3.1.1 Hal penting dalam pemakaian modem :
a. Laju transmisi data.
* kecepatan rendah ( sampai dengan 600 bps )
* kecepatan menengah ( 1200 s/d 2400 bps )
* kecepatan tinggi ( 4800 bps keatas )
b.
Mode
komunikasi.
* simplex
* half duplex
* full duplex
c.
Sinkronisasi.
Untuk modem
berkecepatan rendah dan menengah digunakan transmisi asinkron sedangkan untuk modem yang berkecepatan
tinggi menggunakan transmisi sinkron.
Sinkronisasi baik dengan cara asinkron maupun sinkron perlu
memperhatikan :
– Waktu yang
menentukan bilamana suatu
bit dari data diterima
(sinkronisasi bit)
– Bit
yang mana dari suatu karakter yang sudah diterima (sinkronisasi karakter)
d. Tehnik Modulasi.
Tiga
tehnik modulasi yaitu AM (QAM), FM (FSK) dan PM (PSK). Kecepatan rendah memakai
metode FSK. Kecepatan tinggi memakai metode PSK.
e. Standar Industri.
Standard yang
digunakan secara internasional dikeluarkan oleh CCITT (Comitee Consultative Internationale de Telegraphique et Telephonique) antara lain :
Þ
sampai dengan 300 bps CCITT V.21
Þ
600 - 1200 bps CCITT
V.23
Þ
200 bps CCITT V.22
Þ
2400 bps CCITT V.26, V.26 bis
Þ
4800 bps CCITT V.27 bis
Þ
9600 bps CCITT V.29
3.1.2
Pertimbangan
tehnik dalam pemilihan modem :
§
Kecepatan transmisi
(transmision rate).
Sekurang-kurangnya
harus dapat melayani volume data yang biasa dikirimkan.
§
Turn-around Time.
Waktu
yang diperlukan oleh modem untuk merubah fungsinya dari pengirim menjadi
penerima atau sebaliknya berkisar antara 20 msec - 200 msec.
§
Error Susceptibility
(daya tahan terhadap error).
Modulasi PM lebih baik
daripada FM untuk kecepatan diatas 4800 bps. Saluran komunikasi harus dibuat
sedemikian rupa sehingga error rate
dapat kecil, proses ini disebut line conditioning.
§
Realibility
§
Cost (biaya), Harus sebanding dengan
kecepatannya.
§
Maintainability
(perawatannya).
Accoustic Coupler
Adalah
modem yang dipergunakan melalui alat telepon. Modem ini mengubah sinyal biner
menjadi sinyal akustik yang kemudian
diberikan ke mikrofon dari pesawat
telepon. Pada penerima sinyal akustik yang
diberikan oleh loudspeaker dari pesawat telepon diubah
oleh mikropon dari accoustic coupler menjadi sinyal digital
kembali. Modem ini
kehandalannya rendah dan sekarang sudah tidak banyak digunakan.
3.2 SPEKTRUM PENYEBARAN
Spread
spectrum adalah sebuah metode komunikasi dimana semua sinyal komunikasi disebar
di seluruh spektrum frekuensi yang tersedia. Pada awalnya dikembangkan untuk
kepentingan militer dan intelejen. Ide dasarnya adalah untuk menyebarkan sinyal
informasi melalui bandwidth yang lebih luas untuk mencegah dilakukannya
pencegatan informasi dan gangguan-gangguan lainnya. Istilah spread spectrum
digunakan karena pada sistem ini sinyal yang ditransmisikan memiliki bandwidth
yang jauh lebih lebar dari bandwidth sinyal informasi (mencapai ribuan kali).
Proses penebaran bandwidth sinyal informasi ini disebut spreading. Spread
spectrum jenis pertama yang dikembangkan dikenal dengan nama frequency hopping
atau lompatan frekuensi. Versi yang terbaru adalah direct squence spread
spectrum. Kedua teknik ini dipergunakan dalam berbagai produk jaringan
nirkabel. Selain itu juga untuk berbagai aplikasi lainnya, seperti telepon
nirkabelt (cordless telephone). Sebuah sistem spread-spectrum harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
- Sinyal yang dikirimkan menduduki bandwidth yang jauh lebih lebar daripada bandwidth minimum yang diperlukan untuk mengirimkan sinyal informasi
- Pada pengirim terjadi proses spreading yang menebarkan sinyal informasi dengan bantuan sinyal kode yang bersifat independen terhadap informasi
- Pada penerima terjadi proses despreading yang melibatkan korelasi antara sinyal yang diterima dan replika sinyal kode yang dibangkitkan sendiri oleh suatu generator lokal.
Dalam
komunikasi spread spectrum semakin lebar bandwidth akan semakin tahan terhadap
jamming dan akan semakin terjamin tingkat kerahasiaannya. Disamping itu akan
semakin banyak kanal yang bisa dipakai. Seperti yang di terangkan oleh Shanon ,
salah seorang ahli statistik telekomunikasi, dalam ilmu komunikasi dinyatakan
bahwa kapasitas kanal akan sebanding dengan bandwidth transmisi dan logaritmik
dari S/N-nya. Jadi agar sistem komunikasi dapat bekerja dengan kapasitas kanal
yang tetap pada level daya noise yang tinggi (S/N yang rendah), dapat dilakukan
dengan jalan memperbesar bandwidth transmisi W. Disamping itu Shannon juga mengemukakan
bahwa sebuah kanal dapat mentransmisikan informasi dengan probabilitas salah
yang kecil apabila terhadap infromasi tersebut dilakukan pengkodean yang tepat
dan rate infromasi yang tidak melebihi kapasitas kanal meskipun kanal tersebut
memuat interferensi acak.
Konsep dari Sistem Spread Spectrum
Gambar
1, Diagram Sistem Spread Spectrum
Gambar
diatas menyajikan gambaran tentang karakteristik kunci beberapa sistem spektum
penyebaran. Input dimasukkan ke dalam suatau channel enkoder yang menghasilkan
sebuah sinyal analog dengan bandwidth sempit relatif di seputar beberapa
frekuensi pusat. Sinyal ini kemudian dimodulasikan menggunakan deretan digit-digit
tidak beraturan yang disebut pseudorandom sequence. Efek dari modulasi ini
adalah untuk meningkatkan secara signifikan bandwith (yang menyebarkan
spektrum) sinyal yang ditransmisikan. Pada ujung penerima, deretan digit yang
sama di gunakan untuk mendemodulasikan sinyal spektrum penyebaran. Terakhir
sinyal dimasukkan ke dalam sebuah channel dekoder untuk melindungi data.
Keuntungan
- Imunitas dari berbagai noise dan multipath distortion
- Termasuk gangguan (Jamming)
- Dapat mengacak sinyal
- Hanya receiver yang mengetahui pengacakan kode dapat mendapat kembali sinyal
- Beberapa user dapat mengunakan bandwidth yang lebih besar dengan sedikit interferency
- Telepon seluler
- Code division multiplexing (CDM)
- Code division multiple access (CDMA)
Jumlah Pseudorandom
Komentar
mengenai jumlah pseudorandom adalah ordenya. Jumlah ini didapat melalui suatu
algoritma menggunakan beberapa nilai awal yang disebut seed. Algoritma tersebut
dapat ditentukan dan karenanya menghasilkan deretan bilangan yang tidak acak
secara statistik. Bagaimanapun juga, bila algoritmanya baik, deretan yang
dihasilkan akan melalui beberapa ujian yang memeriksa kecakapannya. Jumlah –
jumlah semacam itu ditunjukkan sebagai pseudorandom number. Poin terpenting
dari hal ini adalah walaupun mengetahui tentang algoritma dan seed, sangatlah
sulit untuk memprediksikan deretan tersebut. Oleh sebab itu, hanya receiver,
yang membagi informasi ini dengan sebuah transmitterlah yang mampu mengkodekan
sinyal dengan sukses.
Sifat – Sifat Random
Apakah sifat
sinyal pseudo random akan mampu mewakili suatu sinyal yang benar – benar
random? Ada 3 sifat dasar untuk mengetahui apakah sekuen biner dapat memenuhi
kriteria random.
- Balanced property
- Kondisi balance (seimbang) untuk sekuen biner yang bagus mensyaratkan jumlah bit 1 dan jumlah bit 0 yang muncul sama. Beda yang diijinkan maksimum adalah 1 digit.
- Run Property
- Suatu run didefinasikan sebagai suatu sekuen tipe single pada bit – bit (binary digit). Kemunculan digit yang berlawanan dalam suatu sekuen akan memenuhi run yang baru. Panjang run adalah jumlah digit – digit didalam run. Pada suatu periode yang tersusun dari 1 dan 0, diketahui bahwa 0.5 run masing – masing tipe 1, sepanjang sekitar 1/4 panjang 2, dan 1/8 pada panjang 3,dst.
- Correlation Property
- Jika suatu periode pada sekuen dibandingkan secara term by term dengan suatu siklus yang digeser terhadap dirinya sendiri, akan didapat periode dimana sinyal itu akan memiliki perulangan. Pada dua sinyal dengan periode yang sama, to s/d tn, maka keduanya benar-benar mirip. Kondisi ini dalam bentuk ternormalisasi memiliki nilai korelasi 1. Untuk suatu kondisi dimana bentuk sinyal pertama bertolak belakang dengan sinyal kedua, maka dinyatakan memiliki korelasi –1. Gambaran korelasi dua sinyal secara sederhana seperti Gambar berikut ini. Gambar a dan b memiliki korelasi 1, sedangkan gambar a dengan c memiliki korelasi –1.
Gambar
2, Sifat-sifat sinyal random
3.3 JENIS SPREAD SPECTRUM
3.3.1 Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Gambar
3, Penggunaan channel pada FHSS
Dalam
skema Frequency Hopping Spread Spectrum, sinyal disiarkan sepanjang rangkaian
frekuensi radio yang kelihatannya acak, melompat dari frekuensi ke frekuensi
pada titik pisah (split-socond intervals). Sebuah receiver, melompat di antara
frekuensi secara sinkron dengan transmitter, lalu menangkap pesan. Sehingga
orang-orang yang berusaha mendengarkan secara diam diam hanya akana mendengar
bunyi titik titik yang tidak jelas. Upaya untuk mengganggu sinyal hanya akan
berhasil dengan cara menghantam sedikit bit-nya.
Gambar 4, Sistem
Frequency Hopping Spread Spectrum pada Transmitter
Untuk transmisi
data biner dimasukkan ke dalam sebuah modulator dengan menggunakan beberapa
skema pengkodean digital-ke-analog, semacam Frequency-shift keying(FSK) atau
Binary Phase-Shift Keying(BPSK). Sinyal yang dihasilkan dipusatkan disekitar
beberapa frekuensi dasar. Sumber jumlah pseudorandom menyajikan apa yang
dilampirkan dalam indeks didalam tabel frekuensi. Pada masing masing interval
yang berurutan, dipilih sebuah frekuensi baru dari tabel. Frekuensi ini
kemudian dimodulasikan melalui sinyal yang dihasilkan dari modulator awal agar
menghasilkan sinyal yang baru dengan bentuk yang sama namun sekarang dipusatkan
di tengah tengah frekuensi yang dipilih dari tabel.
Gambar 5, Sistem
Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver
Sedangkan
pada penerima, sinyal spektrum penyebaran didemodulasikan menggunakan sejumlah
frekuensi yang sama yang didapatkan dari tabel kemudian didemoduasikan agar
menghasilkan data output. Sebagai contoh, bila FSK digunakan, modulator memilih
salah satu dari dua frekuensi, katakanlah f0 atau f1, berkaitan dengan transmisi
biner 1 atau biner 0.Sinyal FSK biner yang dihasilkan diartikan ke dalam
frekuensi melalui suatu jumlah yang ditentukan melalui urutan output dari
generator sumber pseudorandom. Sehingga, bila frekuensi yang dipilih pada waktu
I adalah f1 maka sinyal pada waktu I adalah baik fi + fo maupun fi + f1.
Sinyal
ditransfer secara bergantian dengan menggunakan 1MHz atau lebih dalam rentang
sebuah pita frekuensi tertentu yang tetap. Prinsip dari metoda frequency
hopping adalah menggunakan pita yang sempit yang bergantian dalam memancarkan
sinyal radio. Secara periodik antara 20 sampai dengan 400ms (milidetik) sinyal
berpindah dari channel frekuensi satu ke channel frekuensi lainnya. Pita 2.4GHz
dibagi-bagi ke dalam beberapa sub bagian yang disebut channel/kanal. Salah satu
standar pembagian channel ini adalah sistem ETSI (European Telecommunication
Standard Institute) dengan membagi channel, dimulai dengan channel 1 pada
frekuensi 2.412MHz, channel 2 pada frekuensi 2.417MHz, channel 3 pada frekuensi
2.422MHz dan seterusnya setiap 5MHz bertambah sampai channel 13.
Dengan
teknologi DSSS maka untuk satu perangkat akan bekerja menggunakan 4 channel
(menghabiskan 20MHz, tepatnya 17MHz). Dalam implementasinya secara normal pada
lokasi dan arah yang sama hanya 3 dari 13 kanal DSSS yang bisa dipakai.
Parameter lain yang memungkinkan penggunaan lebih dari 3 channel ini adalah
penggunaan antena (directional antenna) dan polarisasi antena itu sendiri
(horisontal/vertikal).
Slow and Fast FHSS
- Frekwensi bergeser tiap-tiap Tc Detik
- Durasi dari signal element adalah Ts detik
- Ts³Slow FHSS memiliki Tc
- Fast FHSS memiliki Tc < Ts
- Biasanya fast FHSS memberikan improved performance dalam noise (or jamming)
Slow Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4,
k=2)
Fast Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4, k=2)
3.3.2 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Direct
Sequence Spread Spectrum dipilih karena adanya kemudahan dalam mengacak data
yang akan dispreading. Dalam DSSS spreading hanya menggunakan sebuah generator
noise yang periodik yang di sebut Pseudo Noise Generator. Kode yang digunakan
pada sistem spread spectrum memiliki sifat acak tetapi periodik sehingga
disebut sinyal acak semu (pseudo random). Kode tersebut bersifat sebagai noise
tapi deterministik sehingga disebut juga noise semu (pseudo noise). Pembangkit
sinyal kode ini disebut Pseudo Random Generator (PRG) atau pseudo noise
generator (PNG). PRG inilah yang akan melebarkan dan sekaligus mengacak sinyal
data yang akan dikirimkan. Dalam skema ini, masing masing bit pada sinyal yang
asli ditampilkan oleh bit- bit multipel pada sinyal yang ditransmisikan, yang
disebut kode tipis(chipping). Kode tipis yang menyebarkan secara langsung
sepanjang band frekuensi yang lebih luas sebanding dengan jumlah bit yang
dipergunakan. Oleh karena itu, kode tipis 10-bit menyebarkan sinyal sepanjang
band frekuensi yang 10 kali lebih besar dibandingkan kode tipis 1-bit.
Satu teknik
dengan spektrum penyebaran deretan langsung adalah dengan mengkombinasikan
stream informasi digital dengan bit stream pseudorandom menggunakan OR-eksklusif
contoh pada gambar 6.
Gambar 6.Contoh
Direct Sequence Spread Spectrum
Patut dicatat
bahwa bit informasi dari satu membalikan bit-bit pseudorandom dalam kombinasi
tersebut, sementara bit informasi 0 menyebabkan bit-bit pseudorandom
ditransmisikan tanpa mengalami inversi. Kombinasi bit stream memiliki data rate
yang sama dengan deretan pseudorandom yang asli, sehingga memiliki bandwidth
yang lebih lebar dibandingkan dengan stream informasi. Pada contoh ini, bit
stream lebih besar 4 kali lipat rate informasi.
Gambar 7a.Direct
Sequence Spread Spectrum pada Transmitter
Gambar 7b.Direct
Sequence Spread Spectrum pada Receiver
Gambar 7
menunjukkan implementasi deretan langsung yang khusus. Dalam hal ini, stream
informasi dan stream pseudorandom bahkan dikonversi ke sinyal-sinyal analog
lalu dikombinasikan, bukannya menunjukkan OR-eksklusif dari dua stream dan
kemudian memodulasikannya. Penyebaran spektrum dapat dicapai melalui teknik
deretan langsung yang ditentukan dengan mudah. Sebagai contoh, anggap saja
sinyal informasi memiliki lebar bit sebesar tb yang ekuivalen terhadap rate
data = 1/tb. Dalam hal ini, bandwidth sinyal tergantung pada teknik pengkodean,
kira-kira 2/tb. Hampir sama dengan itu, bandwidth sinyal pseudorandom asalah
2/Tc dimana Tc adalah lebar bit pseudorandom input. Bandwidth sinyal yang
dikombinasikan kira-kira sebesar jumlah dari 2 bandwidth tersebut. Jumlah
penyebaran yang dicapai adalah hasil langsung dari rate data pseudorandom.
Semakin besar data rate pseudorandom input, semakin besar jumlah penyebarannya.
Contoh Direct Sequence Spread Spectrum Menggunakan BPSK
Gambar
8, Contoh
DSSS menggunakan BPSK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar